Sulawesi Utara
Sulawesi Utara
Sejarah Sulawesi Utara
Orang-orang Eropa pertama yang mengunjungi pulau ini
(yang dipercayai sebagai negara kepulauan karena bentuknya yang mengerut)
adalah pelaut Portugis pada tahun 1525, dikirim dari Maluku untuk mencari emas,
yang kepulauan memiliki reputasi penghasilan. Belanda tiba pada tahun 1605 dan
dengan cepat diikuti oleh Inggris, lalu mendirikan pabrik di Makassar.Sejak tahun1660,
Belanda berperang dengan Kerajaan Gowa, Makasar utama di bagian pesisir barat
yang berkuasa. Pada tahun 1669, Laksamana Speelman memaksa penguasa, Sultan
Hasanuddin, untuk menandatangani Perjanjian Bongaya, yang menyerahkan kontrol
perdagangan ke Perusahaan Hindia Belanda. Belanda dibantu dalam penaklukan
mereka oleh panglima perang Bugis Arung Palakka, penguasa kerajaan Bugis Bone.
Belanda membangun benteng di Ujung Pandang, sedangkan Arung Palakka menjadi
penguasa daerah dan kerajaan Bone menjadi dominan. Perkembangan politik dan
budaya tampaknya telah melambat sebagai akibat dari status quo. Pada tahun 1905
seluruh sulawesi menjadi bagian dari koloni negara Belanda dari Hindia Belanda
sampai pendudukan Jepang dalam Perang Dunia II. Selama Revolusi Nasional
Indonesia, "Turk" Westerling Kapten Belanda membunuh sedikitnya 4.000
orang selama Kampanye Sulawesi Selatan .Setelah
penyerahan kedaulatan pada Desember 1949, Sulawesi menjadi bagian dari Republik
Indonesia Serikat (RIS). Dan pada tahun 1950 menjadi tergabung dalam kesatuan
Republik Indonesia.
Sulawesi Utara
mempunyai latar belakang sejarah yang cukup panjang sebelum daerah yang berada
di paling ujung utara Nusantara ini menjadi Daerah Provinsi.
Dalam sejarah pemerintahan daerah Sulawesi Utara,
seperti halnya daerah lainnya di Indonesia, mengalami beberapa kali perubahan
administrasi pemerintahan, seiring dengan dinamika penyelenggaraan pemerintahan
bangsa.
Pada permulaan kemerdekaan Republik Indonesia,
daerah ini berstatus keresidenan yang merupakan bagian dari Propinsi Sulawesi.
Provinsi Sulawesi ketika itu beribukota di Makassar dengan Gubernur yaitu DR.G.S.S.J.
Ratulangi.
Untuk mengatur dan menyelenggarakan
kegiatan pemerintahan di Propinsi Sulawesi Utara-Tengah, maka berdasarkan
Keputusan Presiden RI Nomor.122/M Tahun 1960 tanggal 31 Maret 1960 ditunjuklah A.
Baramuli, SH sebagai Gubernur Sulutteng.
GEOGRAFI SULAWESI UTARA
Geografi Sulawesi Utara. Provinsi Sulawesi Utara
terletak di jazirah utara Pulau Sulawesi dan merupakan satu dari tiga provinsi
di Indonesia yang memiliki keunggulan geoposisi, geostrategi, dan geopolitik
serta terletak di tepian pasifik. Dua provinsi lainnya adalah Sumatera Utara
dan Daerah Istimewa Aceh. Dilihat dari letak geografis Sulawesi Utara terletak
pada 0.30-4.30 Lintang Utara (Lu) dan 121-127 Bujur Timur (BT).
Kedudukan jazirah membujur dari timur ke barat dengan
daerah paling utara adalah Kepulauan Sangihe dan Talaud. Wilayah kepulauan ini
berbatasan langsung negara Tetangga Filipina. Wilayah Sulawesi Utara mempunyai
batas-batas:
- Utara : Laut Sulawesi, Samudera Pasifik, dan Filipina
- Timur : Laut Mauluku
- Selatan : Teluk Tomini
- Barat : Provinsi Gorontalo
Selain kaya akan sumber daya alam Sulawesi
Utara juga kaya akan seni dan budaya yang diwariskan oleh nenek
moyang. Berbagai seni dan budaya dari berbagai suku yang ada di Provinsi
Sulawesi Utara justru menjadikan daerah nyiur melambai semakin indah
dan mempesona. Berbagai pentas seni dan budaya maupun tradisi dari nenek moyang
memberikan warna tersendiri bagi provinsi yang terkenal akan kecantikan dan
ketampanan nyong dan nona Manado.
Secara garis besar penduduk di Sulawesi Utara
terdiri atas 4 suku besar yakni suku minahasa, suku sangihe, suku talaud dan
suku bolaang mongondow. Keempat suku/etnis besar tersebut memiliki sub etnis
yang memiliki bahasa dan tradisi yang berbeda-beda. Tak heran Provinsi Sulawesi
Utara terdapat beberapa bahasa daerah seperti Toulour, Tombulu, Tonsea,
Tontemboan, Tonsawang, Ponosakan dan Bantik (dari Suku Minahasa), Sangie Besar,
Siau, Talaud (dari Sangihe dan Talaud) dan Mongondow, Bolaang, Bintauna,
Kaidipang (dari Bolaang Mongondow)
Provinsi yang terkenal akan semboyan torang samua basudara (kita semua
bersaudara) hidup secara rukun dan berdampingan beberapa golongan agama seperti
Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Budha dan Kong Hu Chu. Namun dari
keanekaragaman tersebut bahasa Indonesia masih menjadi bahasa pemersatu dari
berbagai suku dan golongan.
Berikut ini beberapa Kebudayaan di Sulawesi Utara
- Budaya mapalus. Mapalus merupakan sebuah tradisi budaya suku Minahasa dimana dalam mengerjakan segala sesuatu dilakukan secara bersama-sama atau gotong royong. Budaya mapalus mengandung arti yang sangat mendasar. Mapalus juga dikenal sebagai local Spirit and local wisdom masyarakat di Minahasa.
- Perayaan tulude. Perayaan tulude atau kunci taong (kunci tahun) dilaksanakan pada setiap akhir bulan januari dan diisi dengan upacara adat yang bersifat keagamaan dimana ungkapan puji dan syukur terhadap sang pencipta oleh karena berkat dan rahmat yang telah diterima pada tahun yang telah berlalu sambil memohon berkat serta pengampunan dosa sebagai bekal hidup pada tahun yang baru.
- Festival figura. Figura merupakan seni dan budaya yang diadopsi dari kesenian yunani klasik. Seni ini lebih dekat dengan seni pantomim atau seni menirukan laku atau watak dari seseorang tokoh yang dikenal atau diciptakan. Figura merupakan kesenian yang dapat menghadirkan dramaturgi pendek terhadap sosok atau perilaku tokoh-tokoh yang dianggap berperan dalam mengisi tradisi baik buruknya sosok dan watak seorang manusia. Oleh pemerintah kota Manado festival figura diselenggarakan dalam rangka pesta kunci taong layaknya perayaan tulude yang dilaksanakan oleh masyarakat sangihe.
- Toa Pe Kong atau Cap go meh. Seperti didaerah lainnya, perayaan/upacara ini juga rutin dilaksanakan di Sulawesi Utara apa terlebih di Kota Manado. Upacara ini dimeriahkan dengan atraksi dari Ince Pia yakni seorang yang memotong-motong badan dan mengiris lidah dengan pedang yang tajam serta menusuk pipi dengan jarum besar yang tajam akan tetapi si Ince Pia tidak terluka ketika.
- Pengucapan syukur. Pengucapan syukur merupakan tradisi masyarakat Minahasa yang mengucap syukur atas segala berkat yang telah Tuhan berikan. Biasanya pengucapan syukur dilaksanakan setelah panen dan dikaitkan dengan acara keagamaan untuk mensyukuri berkat Tuhan yang dirasakan terlebih panen yang dinikmati. Acara pengucapan syukur ini dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat suku Minahasa pada hari Minggu umumnya antara bulan Juni hingga Agustus. Saat pengucapan syukur hampir setiap keluarga menyediakan makanan untuk para tamu yang akan datang berkunjung apa terlebih makanan khas seperti nasi jaha dan dodol.
- Festival Pinawetengan. Festival yang dilaksanakan setiap tahun pada tanggal 7 Juli, diawali dengan melakukan upacara adat di batu pinawetengan kemudian dilanjutkan dengan menggelar pertunjukan seni dan budaya Sulawesi Utara di Institut Seni dan Budaya Sulawesi Utara.
Kependudukan Sulawesi Utara
Penduduk Sulawesi Utara berdasarkan
data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara berjumlah 2.296.666
jiwa dengan jumlah penduduk terbanyak mendiami Kota Manado yaitu 415.114.
Dengan luas wilayah Sulut 14.499 Km2, (data luas wilayah Sulawesi
Utara) hal ini berarti jika dihitung kepadatan penduduk di provinsi
yang kaya akan hasil alam yaitu sebesar 158,40 Km2
dengan rasio penduduk lelaki yang terbanyak.
Sedangkan untuk warga
negar asing yang ada di Sulawesi Utara berjumlah 1.155 jiwa dengan warga negara
terbanyak berasal dari negeri kincir angin Belanda sebanyak 171 jiwa dan
sisanya berasal dari negara lainnya.
Pada tahun 2011,
penduduk usia kerja di Sulawesi Utara
yang masuk angkatan kerja berjumlah 1.082.203 orang dan dari angkatan kerja
berjumlah 1.084.203 orang , dan dari angkatan kerja yang ada tercatat 990.720
orang yang sedang bekerja.
Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja berjumlah 575.611 orang dan dari bukan angkatan kerja yang ada tercatat 135.968 orang yang bersekolah dan 365.182 orang yang mengurus rumah tangga.
Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja berjumlah 575.611 orang dan dari bukan angkatan kerja yang ada tercatat 135.968 orang yang bersekolah dan 365.182 orang yang mengurus rumah tangga.
Aktivitas Sosial Sulawesi Utara
berdasarkan Kondisi Fisik
1.Aktivitas
penduduk di wilayah dataran tinggi
Aktifitas
penduduk karena daerah ini beriklim sejuk. Di dataran tinggi kegiatan ekonomi
penduduk cenderung dibidang pertanian lahan kering. Ladang pertanian yang
dibudidayakan adalah hortikultura antara lain, sayur-sayuran, buah-buahan dan
taman hias.
2.Aktivitas
penduduk di wilayah pegunungan
Disamping
dimafaakan sebagai areal hutan, wilayah pegunungan banyak dibudidayakan
perkebunan, seperti kina, karet dan the. Penduduk yang bermukim di daerah
pegunungan sebagian ada yang bekerja sebagai buruh perkebunan.
3.Aktivitas
penduduk di wilayah dataran rendah
Dataran
rendah merupakan dataran tempat untuk kosentrasi Penduduk, karena itu daerah
dataran redah sangat cocok untuk pemukiman penduduk dengan pola kosentris.
Aktivitas penduduk terdiri atas berbagai jenis, mulai dari pertanian,
perikanan, tambak.
Dibidang
pertanian, perkebunan dan perikanan bisa dikembangkan karena tersedianya air
yang cukup, di samping iklimnya yang menunjang untuk pertumbuhan tanaman
dataran rendah. Disamping itu bidang industri dan jasa di dataran rendah dapat
berkembang secara optimal, hal ini bisa terjadi karena ditunjang oleh sarana
dan prasarana berupa transportasi jalan raya dan jalan kereta api, pusat
pertokoan dan perdagangan serta pendidikan.
4.
Aktivitas penduduk wilayah pantai
Penduduk
yang bertempat tinggal di pantai tidak selalu bermata pencaharian sebagai
nelayan. Di Sulawesi Utara yang memiliki pantai yang indah membuat ladang
pekerjaan bagi warga dengan membuka warung dipinggir pantai, penyediaan water
sport. Jadi para warga tidak selalu mengandalkan diri sebagai nelayan karena
bisa mengembangkan wisata didaerahnya,
Potensi Alam
1.
Gunung di Sulawesi Utara
Sebagian besar wilayah daratan Provinsi Sulawesi Utara terdiri dari pegunungan dan
bukit-bukit diselingi oleh lembah yang membentuk daratan. Gunung-gunung
terletak berantai dengan ketinggian di atas 1.000 dari permukaan laut. Beberapa
gunung yang terdapat di Sulut yaitu Gunung Klabat (1.895 m) di Minahasa Utara,
Gunung Lokon (1.579 m), Gunung Mahawu (1.331 m) di Tomohon, Gunung Soputan
(1.789 m) di Minahasa Tenggara, Gunung Dua Saudara (1.468 m) di Bitung, Gunung
Awu (1.784), Gunung Ruang (1.245 m), Gunung Karangketang (1.320 m), Gunung
Dalage (1.165 m), di Sangihe dan Talaud, Gunung Ambang (1.689 m), Gunung
Gambula (1.954 m) dan Gunung Batu Balawan (1.970 m).
2.
Dataran Rendah dan Daratan Tinggi
Dataran rendah dan dataran tinggi
secara potensial mempunyai nilai ekonomi bagi daerah. Beberapa dataran terdapat
di daerah ini adalah: Tondano (2.850 ha), Langowan (2.381 ha), Modoinding
(2.350 ha), di Minahasa, Tompaso Baru (2.587 ha), di Minahasa Selatan, Tarun
(265 ha) di Sangihe, Dumoga (21.100 ha), Ayong (2.700 ha), Sangkub (6.575 ha),
Tungoi (8.020 ha), Poigar (2.440 ha), Molibagu (3.260 ha), Bintauna
(6.300 ha) di Bolmong dan Bolmut.
3.
Danau dan Sungai
Danau-danau di daerah ini secara
potensial mempunyai nilai ekonomi bagi pengembangan bidang kepariwisataan,
pengairan dan energi. Danau-danau tersebut adalah Danau Tondano dengan luas
4.278 ha di Minahasa, Danau Moat seluas 617 ha di Bolaang Mongondow Timur.
Pada umumnya sungai-sungai
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain untuk irigasi juga sebagai
sumber tenaga listrik dan sumber air minum. Sungai-sungai tersebut yakni Sungai
Tondano (40 km), Sungai Poigar (54,2 km), Sungai Ranoyapo (51,9 km), Sungai
Talawaan (34,8 km) di Minahasa. Sungai besar lainnya terdapat di Bolmong dan
Bolmut yaitu Sungai Dumoga (87,2 km), Sungai Sangkub (53,6 km), Sungkai Ongkaw
(42,1 km).
4.
Pulau-pulau
Sulawesi Utara merupakan salah satu
dari 7 provinsi kepulauan yang terdiri dari 258 pulau dan 11 di antaranya
berbatasan langsung dengan negara Filipina dan Laut Pasifik
5. Tanjung
dan Teluk
Di sepanjang pantai Sulawesi Utara, baik di pantai daratan utama
maupun di pantai pulau-pulau, terdapat banyak tanah yang menjorok ke tengah
laut (tanjung) dan perairan laut yang menjorok ke daratan (teluk). Beberapa
tanjung yang cukup ternama adalah Tanjung Atep, Tanjung Pulisan, Tanjung
Salimburung, Tanjung Kelapa di Minahasa. Tanjung Binta, Tanjung Dulang, Tanjung
Flesko dan Tanjung Tanango di Bolmong. Sedangkan di Sangihe dan Talaud yakni
Tanjung Binta, Tanjung Barurita, Tanjung Bulude, Tanjung Bunangkem, Tanjung
Buwu dan Tanjung Esang.
Teluk-teluk yang cukup dikenal di
wilayah ini antara lain, Teluk Amurang, Teluk Belang, Teluk Manado, Teluk Kema
(Minahasa dan Manado), Teluk Tombolata, Teluk Taludaa dan Telung Bolaang
(Bolmong), Teluk Manganitu, Teluk Peta, Teluk Miulu, Telak Dago dan Teluk
Ngalipeang (Sangihe dan Talaud). Tanjung dan teluk dikenal sebagai tempat
perdagangan dan wisata.
Provinsi ini memiliki lahan sawah irigasi teknis
seluas 25.740 ha, sementara sawah irigasi semi teknis 26.738 ha. Itu semua
belum termasuk lahan sawah irigasi non teknis seluas 4.662 ha. Lahan sawah
tadah hujan seluas 4.631 ha, areal sawah pasang surut seluas 634 ha, sementara
tahan palawija, hortikultura dan sayur-sayuran seluas 341.419 ha, Sawah-sawah
inilah yang pada 2006 menghasilkan 451.700 ton padi dan meningkat jadi 470.400
ton pada 2007 dengan luas panen yang juga bertambah menjadi 99.500 ha.
Dibanding dua tahun terakhir, produktivitas padi yang dicapai meningkat. Pada
2004, produksi padi di sana mencapai 407.358 ton.
Pertaniaan tanaman pangan di Sulawesi Utara relatif
baik, terbukti dari kemampuan provinsi ini untuk memenuhi kebutuhan pasar
lokal, regional (Maluku Utara, Kalimantan Timur dan Papua) serta pasar
internasional (Singapura, Malaysia, Belanda dan negara. Eropa lainnya, AS,
Cina, Korea, Jepang dan India).
Untuk memenuhi target Sulawesi Utara sebagai sentral
hortikultura, kini tengah dikembangkan produksi kentang, wartel dan nanas yang
memang menjadi komoditas unggulan daerah itu. Berbagai usaha meningkatkan
volume kentang telah dilakukan, misalnya dengan membangun pusat pembibitan ddan
pembenihan kentang. Pengembangan SDM petugas melalui pelatihan, mengembangkan
teknologi kultur jaringan, mengintroduksi benih baru kentang dan memperbanyak
benih G2-G3 dan seterusnya sampai menghasilkan benih sebar. Proyek serupa ini
juga telah berhasil dilakukan pada bibit anggrek, pisang dan rambutan. Khusus
untuk rambutan digunakan bantuan luar negeri dengan Kecamatan Tenga dan
Sinonsayang dijadikan pilot project.
Total produksi sayur-mayur meningkat signifikan dari
91.048 ton pada 2000 menjadi 325.135 ton pada 2005, namun produksi buah-buahan
menurun dari 158.441 ton pada 2000 menjadi 129.662 ton pada 2005. Produksi kentang
meningkat dari 38.884 ton pada 2000 menjadi 195.826 ton pada 2005, dibarengi
produksi nanas yng juga meningkat dari 1.851 ton pada 2000 manjadi 2.813 ton
pada 2005. produksi wartel dari tahun sebelumnya menjadi 11.113 ton pada 2005.
Luas hutan di provinsi ini mencapai 788.691,88 ha.
Fungsi hutan dibagi menjadi hutan lindung seluas 175.958,33 ha, hutan produksi
tetap seluas 67.423,55 ha, hutan produksi terbatas seluas 219.908,86 ha, hutan
produk konversi seluas 14.643,40 ha serta hutan suaka alam seluas 310.759,74
ha. jenis kayu yang dihasilkannya bervariasi dari kayu kelas satu sampai kelas
empat, jenis kayu dimaksud adalah kayu besi, meranti, dan kayu lokal lainnya.
Disamping itu juga terdapat hasil hutan ikutan yang mempunyai nilai ekonomi dan
nilai rambah seperti rotan, damar, kayu manis, ijuk, daun woka dan lainnya.
Sulawesi Utara juga merupakan pusat pengembangan
industri perikanan. sejak 2001, pemerintah setempat melaksanakan apa yang
disebut Gerakan Pengembangan Komoditas Unggulan Berbasis Agri bisnis (Gerbang
Kuba) meliputi industri ikan tuna, cakalang dan layang. Hasil penangkapan ikan
di taut merupakan produksi tertinggi di sektor perikanan. Para nelayan kini
juga tengah mengembangkan teknik-teknik baru dalam budidaya perikanan laut,
meliputi ikan untuk umpan, ikan kerapu, baronang, rumput laut dan kerang
mutiara. Untuk budidaya perikanan darat fokus diarahkan untuk ikan mas dan
nila.
Produksi perikanan tangkap (tuna, cakalang, tongkol)
pada 2006 sebanyak 137.000 ton. Produksi ini ditargetkan meningkat menjadi
141.000 ton pada 2007 dari 1,4 juta ton quota tangkap yang di toleransi.
Potensi ikan tangkap di sana 1,8 juta ton. Hasil budidaya ikan dan udang air
tawar mencapai 14.400 ton dengan luas areal 981 ha pada 2006, ditargetkan
meningkat menjadi 16.600 ton dengan luas areal 1.130 ha pada 2007. Pada 2006,
produksi rumput laut mencapai 12.000 ton (basah) di atas areal tanam seluas 600
ha dan ditargetkan meningkat menjadi 13.100 ton (basah) dengan luas areal tanam
654 ha pada 2007. Potensi yang tersedia sebesar 5.600 ha.
Perkembangan ekspor komoditas perikanan Sulawesi Utara
didukung oleh perkembangan unit-unit pengelolahan hasil perikanan. Sampai 2004,
terdapat 40 unit perusahaan pengelolahan hasil perikanan dengan 22 cold storage
yang mereka miliki. Setiap cold storage berkapasitas 10.630 ton. Kini terdapat
60 eksportir komoditas hasil perikanan di provinsi itu, dengan negara tujuan
ekspor antara lain Jepang, Korea, AS, Cina, Spanyol, Australia, jerman,
Inggris, Hongkong, Denmark, Afrika Selatan, Irlandia, Belanda, Swiss, Slovenia,
Belgia, Finlandia, Italia, Polandia, Prancis, Yunani, Malta, Cyprus, Kanada,
Thailand, Taiwan, Singapura, Afrika dan Filipina. Mereka terbiasa pengekspor
rumput laut segar, tuna, udang galah dan kepiting bakau yang dibekukan, ikan
kaleng, ikan asap.
Komentar
Posting Komentar